23 November 2009

TAJUK

Sumpah Pemuda untuk Mahasiswa

Bulan Oktober merupakan momentum bernilai sejarah bagi kaum muda Indonesia. Sekumpulan pemuda dari seluruh sudut nusantara pada tanggal 28 oktober 81 tahun silam melahirkan sebuah manifesto sumpah pemuda.
Hendaknya kaum memaknai sumpah pemuda sebagai sebuah amanah untuk generasi saat ini. Karena ikrar kaum muda itu merupakan sebuah warisan kaum muda terdahulu. Jika warisan sumpah pemuda tersebut tidak dijaga, maka tak lebih ia hanya akan ditelan sejarah dan tergerus oleh zaman yang selalu berevolusi. Artinya, momentum sumpah pemuda 28 oktober tersebut merupakan sebuah peristiwa sejarah penting untuk diambil pelajaran (ibroh) sekaligus refleksi bagi kaum muda masa kini.
Isi sumpah pemuda menunjukkan suatu komitmen kuat serta kesadaran tinggi akan ke-Indonesiaan kita yang terakumulasi dalam sebuah kata nasionalisme. Mencintai tanah air keindonesiaan yang multidimensional dengan segala kekayaan budaya, kultur, bahasa serta etnisitas kebangsaan mutlak diakui oleh kaula muda. Karena kekayaan tersebut merupakan identitas kebangsaan dan keanekaragaman yang harus dijaga agar tidak tergerus oleh arus modernisasi serta globalisasi.
Saat ini, disadari atau tidak modernisasi telah melupakan kaula muda akan identitas kebangsaan. Budaya asing menjelma menjadi imperium, bahkan di segala lini kehidupan berbangsa, orientasinya tak lain ialah agar pemuda mengekor budaya modern dan melupakan budaya negeri sendiri. Inilah bentuk penjajahan baru di era modern non konfrontasi secara fisik, akan tetapi perang pemikiran. Dan kaum muda negeri ini menjadi sasaran empuk dari aksi penjajahan asing dengan suguhan yang telah didesain jauh sebelum Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan
Bahayanya, penjajahan dalam bentuk baru ini justru menyerang kaum muda. Serangan para penjajah sengaja dibidikan kepada kaum generasi muda karena yang tua sudah sebegitu sibuk dengan ketuaan serta kerentaannya.
Sudah tak terhingga prosentase kaum muda yang telah terbawa arus zaman bahkan nyaris saja menjelma menjadi insan ahistoris, apatis terhadap keutuhan berbangsa dan bernegara. Kaum muda sudah terbiasa dengan gaya hidup hedonis nan pragmatis desainan bangsa asing agar menjadi pemuda asing di negeri sendiri.
Kaum muda digiring untuk meniru budaya baru (asing) yang nyaris saja menjelma menjadi agama. Mental pemuda luntur, bahkan runtuh. Nalar kritis pemuda terkikis. Bahkan kedirian sebagai anak bangsa nyaris hilang ditelan zaman. Muaranya, kaum muda tak lagi memiliki mental serta keyakinan kuat dengan sosio-kultural bangsa sendiri, cara berfikir pemuda tumpul karena selalu mendamba sesuatu yang praktis.
Kaum muda seakan kehilangan suri tauladan yang seharusnya para pemimpin memiliki peran itu. Karena secara psikologis, kaula muda serta generasi bangsa ini membutuhkan suri tauladan demi memompa heroisme serta kesadaran berbangsa dan bernegara.
Akan tetapi harapan itu masih ada. Harapan tersebut tersandarkan di pundak mahasiswa di seantaro negeri ini yang notabene kaum muda terdidik, intelektual. Maka, akan sangat tepat apabila amanat sumpah pemuda berdengung di hati dan telinga mahasiswa sebagai pemompa heroisme kebangsaan untuk berkomitmen yang teguh dan kuat. Momentum sumpah pemuda jangan hanya sekedar ritual tahunan sebagai suatu kebanggaan belaka. Peringatan sumpah pemuda dijadikan sebagai sebuah refleksi sekaligus evaluasi untuk kemudian melahirkan sumpah, komitmen serta manifesto baru pula. Tentu saja dengan menata kembali mental, kesadaran, serta karakter individu untuk melawan arus moderniasi. Sebenarnya, tidak saja sumpah pemuda yang mengandung amanah kebangsaan, namun jauh hari Bung Karno pernah menyatakan hal yang senada jika diterjemahkan sebagai sebuah amanat atau beban moral. Kini pilihannya, apakah amanah sumpah pemuda serta pernyataan Bung Karno kala itu hanya menjadi cerita belaka, beban moral atau bangkit?

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar