23 November 2009

Arkhe Sumpah Pemuda Untuk Segala Kalangan
Oleh: Widyana Nurmalasari Lucky / KPI

Sumpah Pemuda:
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
Itulah isi dari sumpah pemuda. peristiwa bersejarah yang penuh perjuangan. semangat kebangsaan dan penuh tekad membaja yang telah mendarah daging dalam jiwa. Aneka peristiwa mewarnai perjuangan sejarah itu. Antara periode tersebut selalu ditandai dengan semangat perjuangan dengan mendepankan persatuan, kesatuan dan tujuan kemerdekaan. Pada saat itu, orang berbicara tentang pentingnya kesatuan, karena melihat kondisi kehidupan masyarakat terpecah-pecah oleh kolonialisme Belanda. Saat dicetuskan, Sumpah Pemuda didasari keinginan memiliki satu bangsa, satu bahasa dan tanah air. Tak ada tercetus niat membentuk satu negara, karena penjajahan menjadikan niat ini sebagai satu hal “tabu” dan terlarang.
Peristiwa yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 itu bukanlah satu-satunya hasil perjuangan rakyat untuk meneguk dan meraih kemerdekaan sebagai cita-cita bangsa, tapi bertahun-tahun lamanya, sebelum ini telah ada perjuangan lainnya seperti Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Namun saat ini, ketika kemerdekaan telah didapat oleh tangan mereka bukan dengan tangan kita, kemerdekaan itu telah terkhianati, seakan semua perjuangan itu hanya dianggap sebagai pelajaran sejarah yang sudah semakin terkikis penghayatannya.
Lebih jauh lagi, Sumpah Pemuda mempunyai makna yang sangat dalam bagi bangsa ini, sumpah pemuda berisi ikrar bersatunya dan disatukannya tunas-tunas bangsa oleh kesamaan tanah air, bangsa dan bahasa. Bhineka Tunggal Ika, itulah semboyan kebangsaan kita yang juga tersimpan makna dalam dari Sumpah Pemuda. Ini mengingatkan kembali akan jati diri kita sebagai bagian dari NKRI, bangsa yang kaya, bangsa yang kuat, bangsa yang menjunjung tinggi toleransi antar sesama. Jelas, bukan persoalan yang sangat mudah dalam merumuskan sebuah teks Sumpah Pemuda yang isinya sanggup mengakomodasi aspirasi semua golongan, baik vertikal atau horizontal. Dimana semua atribut-atribut lokal, agama, dan kentalnya kebudayaan daerah berhasil ditepis oleh pendahulu kita. Tentunya, jika kita melihat pada era saat ini sudah tidak ada pengambilan keputusan yang arif seperti itu. Hampir kita temui kebijaksanaan baik lingkup pemerintah ormas lebih mementingkan kepentingan kelompok dibanding kepentingan kemaslahatan bersama.
Pada Kongres Pemuda II ini, yang diprakarsai oleh PPPI (Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia), para peserta kongres yang terdiri dari wakil organisasi Pemuda seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, atau PPI, berhasil merumuskan sebuah tekad untuk menyatukan sikap nasionalisme yang mengakui tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu, yakni Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah kemerdekaan, dimana tidak adanya NKRI tanpa Nasionalisme. Namun rasa Nasionalisme dari pencitraan sumpah pemuda itu juga telah ternodai. Mudahnya kaum muda yang gampang terkena provokasi dengan sesuatu hal yang sangat sepele tanpa nalar kritis memecahkan persoalan dengan kekerasan, sehingga terjebak melakukan tindakan anarkhis dan vandalistis yang sangat tidak menguntungkan bagi masyarakat. Sejatinya, telah menodai citra kaum muda sebagai aktor perubahan itu sendiri. Ini bukanlah contoh sikap kesatria dan keberanian yang telah diajarkan para veteran terdahulu. Semestinyalah kita sebagai kaum muda mampu menjadikan sejarah sebagai saka guru kehidupan dalam merumuskan langkah hari ini dan masa depan negerinya.
Tidak kita pungkiri pula setiap zaman dan peradaban, kaum muda selalu tampil sebagai agen dan aktor perubahan. Dimana kaum muda bisa menjadi sebuah ikon pembaharu yang sanggup memberikan pengaruh dan imbas dahsyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun saying, semangat kepemudaan itu terkadang luntur seiring banyaknya kerutan di wajah dan kematangan seseorang sebagai orang tua. Begitu mudahnya semangat kepemudaan itu hilang. Bukan rahasia lagi ketika muda Ideologi begitu bergelora memenuhi rongga dan nafas kepemudaannya, namun setelah jabatan mengiringnya ke kursi kerakyatan, ideologi itupun terjual dengan uang dan kehormatan yang hanya fatamorgana.
Dalam sumpah pemuda, definisi pemuda bukanlah penekanan pada fisik yang kuat, wajah yang ganteng atau badan yang masih tegap, tapi arkhe yang paling dalam yaitu “Jiwa kepemudaan”. Jiwa yang masih ada meski umur telah menua, jiwa kepemilikan negeri, jiwa yang memiliki tanggung jawab besar mengemban nasionalis ke-Indonesiaan kita. Bukanlah kepemudaan itu berada dimasa lalu para orang tua. Sumpah pemuda tidak hanya untuk orang muda, sumpah pemuda untuk segala kalangan, karena itu merupakan janji dan kesepakatan bertumpah tanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, Indonesia.
Hanya sebuah mimpi negeri ini saja untuk menjadi bangsa yang maju, karena hakekat dari kepemudaan itu tertinggal di masa lalunya. Dimatanya bukan lagi urusan bangsa, dimatanya bukan lagi urusan rakyat yang tertindas yang akan diusung. Semua itu tinggal kemunafikan belaka. Saling menjatuhkan dengan propaganda yang membentuk lingkaran setan. Itu adalah gambaran umum masa depan kita sebagai pemuda yang sudah terpraktekkan oleh para pendahulu sebelumnya. Setuju atau tidak, memang hampir seperti itu nyatanya.
Satu yang bisa kita lakukan mumpung masih dikatakan sebagai pemuda, yaitu sanggup menjadi aktor perubahan sebagai sosok yang memiliki kecerdasan dalam berpikir, memiliki kedewasaan dan kearifan dalam bertindak, serta sanggup melepaskan ikatan-ikatan primordial sempit sehingga mampu memberikan pencerahan sosial di tengah-tengah publik. Sebagai sosok pemuda yang bisa bangkit merapatkan barisan untuk melakukan “reinkarnasi” secara konsisten, terorganisir dan mengusung semangat para pendahulunya dalam upaya melakukan sebuah perubahan yang cerdas dan mencerahkan bagi kehidupan bangsa dan negerinya. Semoga mimpi dan optimisme itu bisa terwujud!

“ Pemuda adalah pemulai bukan pembebek”
“Pemuda adalah Pengais Bukan pengemis”
“Pemuda adalah penggerak bukan penggertak”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar