23 November 2009

RESENSI


Judul Buku : Ya…..Allah Tahu-tahu Kini Saya Telah Tua
Penulis : Jamal Ma’mur Asmani
Penerbit : Diva Press
Cetakan : Petama, 2008
Tebal : 228 Halaman

Optimalisasi Peran Masa Pemuda
Oleh : E. Aswadi*

Seiring bertambahnya usia manusia, maka semakin tua pula hidupnya. Usia lanjut merupakan kilamaks dari sebuah proses perjalanan panjang manusia yang ditapaki semenjak lahir. Bahagia atau tidaknya di usia lanjut tergantung seberapa besar peran manusia ketika masih menginjak usia mudanya. Karena produktifitas usia tua sudah menurun drastis seiring melemahnya fisik dan mengendornya otot-otot tubuh, bahkan dikatakan bahwa usia lanjut layaknya kembali lagi menjadi anak bayi yang membutuhkan perawatan serta bantuan dari kedua orang tuanya. Tapi kali ini berbalik arah, anaknya lah yang berperan kembali merawat orang tuanya yang telah lanjut usia. Selain kondisi fisik yang sudah melemah, keadaan psikologisnya pun akan mengalami perubahan pula tak lagi seperti kondisi ketika muda dahulu. Wajar saja, karena usia lanjut bukanlah masanya lagi untuk beraktifitas mencari nafkah, melainkan untuk menikmati hasil jerih-payah pada masa muda dulu.
Oleh sebab itu, baiknya masa muda digunakan untuk mengembangkan potensi yang dibawa semenjak lahir demi bekal kelak di hati tua. Usia muda merupakan masa saat-saat yang produktif dalam mengembangkan serta membangun karakter kepribadian. Selain pikiran masih jernih dan cemerlang, jiwa heroisme hidup pun sedang bergelora dan berkobar-kobar. Maka dari itulah, pemuda begitu diperhitungkan keberadaannya sekaligus diharapkan oleh masyarakat untuk menciptakan suatu perubahan-peribahan sosial dan negara sekalipun. Harapan-harapan tersebut tercermin dalam kalimat yang pernah diucapkan Bung Karno beberapa tahun silam, bahwa hanya dengan sepuluh pemuda niscaya akan mampu menggoncangkan dunia. Tentu saja pemuda yang memiliki keberanian, berprestasi, serta ditopang semangat perjuangan untuk maju ke depan menghadapi tantangan demi terciptanya perubahan yang dicita-citakan. Bahkan Nabi Muhammad beberapa abad yang silam pernah berpesan untuk mempergunakan masa muda dengan sebaik-baiknya, sebelum masa tua datang menghampiri. Sebab, masa muda tak akan terulang untuk yang ke dua kalinya dalam lintasan kehidupan manusia di dunia ini. Masa muda hanya sekali, maka pergunakanlah dengan sesuatu yang berarti. !
Hal ini pernah dicontohkan kepada kita oleh Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka, Bung Tomo dan para pahlawan yang lainnya dalam memperjuangkan kemerdekaan negeri ini dari kungkungan penjajah. Begitupun tercetusnya sumpah pemuda 81 tahun silam adalah manifesto kiprah kaum muda sebagai bentuk komitmen menuju perubahan. Dalam usia muda mereka mampu memberikan kontribusi yang riil bagi perubahan negeri ini kepada yang lebih baik (merdeka) dengan semangat perjuangannya bahkan menjadi sejarah yang akan selalu melekat dalam benak dan pikiran kita semua. Namun pertanyaannya, pemuda yang bagaimanakah idaman masyarakat dan negara?
Dalam buku ini dijelaskan secara spesifik dan progresif tentang tugas serta peran pemuda. Pertama, pemuda mempunyai makna nilai yang strategis serta signifikan dalam menentukan masa depan bangsa. Kedua, eksistensi pemuda selalu menjadi simbol progresivitas, pelopor, dan penentu arah dinamika suatu bangsa. Ketiga, pemuda merupakan proto tipe ideal sebagai generasi penerus karena ia masih mempunyai semangat, keteguhan cita-cita, ketegasan sikap, serta visi tang konsisten dan jelas.
Dengan latar belakang itulah Taufik Ismail menyatakan bahwa kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga sosiologis dan historis. Generasi muda tidak hanya mengisi sebuah episode generasi baru dalam sebuah perubahan pada komunitas itu sendiri. (halaman 18)
Membaca buku ini serasa terbang di atas awan sebagai seorang pemuda. (Bukan bermaksud congkak) Seakan menyadari betul bahwa semangat, peran, serta keberadaan kaum muda ternyata ditunggu-tunggu oleh masyarakat bahkan negara ini. Oleh sebab itulah, sudah selayaknya kaum muda menjadi pelopor perjuangan bangsa ini yang makin hari kian terpuruk. Sebab pemuda adalah aset mahal dalam sebuah negara, sehingga tak jarang mereka ditempatkan pada posisi yang strategis, fungsional, dan prospektif, karena mereka merupakan agen perubahan sosial bahkan agen masa depan. Ayo semangat pemuda, kita bangun bangsa!


E. Aswandi*
Pimred LPM Rhetor Fak. Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar